Pelaksanaan ujian akhir semester (UAS) tingkat SMP maupun SMA menggunakan komputer di sekolah mungkin sudah biasa. Namun, berbeda halnya dengan menggunakan android. Hal itulah yang dilakukan oleh SMP Santa Maria Kota Pekanbaru.
Ujian berbasis android untuk para pelajar ini dilakukan seiring dengan makin banyaknya penggunaan media telekomunikasi, berupa ponsel android di kalangan pelajar.
Untuk pertama kalinya, ujian berbasis android ini digelar. Dimulai dari 25 Mei lalu hingga 2 Juni mendatang.
Pantauan di lokasi, Senin (28/5), setiap pelajar memegang android. Mereka bukan sedang asyik berselancar di dunia maya. Namun mereka tampak serius mengerjakan soal-soal pilihan ganda yang muncul dari layar android mereka.
Kepala SMP Santa Maria Pekanbaru Ferdinandus Nipa didampingi tim IT Nunung Hadi menjelaskan, sebelum melaksanakan UAS berbasis android ini, pihaknya telah melakukan sosialiasi terlebih dahulu kepada pelajar dan orangtua.
Sosialisasi sudah dilakukan sejak lima bulan lalu. Hal tersebut dilakukan agar pelajar bisa matang dalam mejalankan ujian berbasis android. Salah satu pertimbangan menerapkan ujian berbasis android adalah menghemat kertas.
“Awalnya mereka tryout dulu sehari untuk bisa register dan masuk dengan password. Ternyata hari ini (kemarin, red) mereka bisa dengan lancar mengerjakan soal UAS sekalipun dengan media android. Dengan ujian berbasis android ini, kami bisa menghemat anggaran karena tidak perlu menggunakan kertas dalam ujian,” jelas Ferdinandus kepada Riau Pos Senin (28/5).
Jawaban dari 50 soal yang telah dikerjakan peserta didik ini langsung tersimpan di server. Peserta juga bisa me-review jawaban.
Hanya saja, satu smartphone dipakai oleh satu anak saja (pemilik). Dan tidak bisa dipinjamkan. Bagi pelajar yang tidak punya smartphone android, diperkenankan ujian dengan menggunakan laptop atau komputer sekolah.
“Bedanya, kalau dengan smartphone dan komputer ini, para pelajar dihadapkan dengan soal pilihan ganda jumlahnya 50 dan ada esainya. Bahkan dengan menggunakan android skor nilai juga diketahui oleh siswa,” imbuhnya.
Meski menggunakan android, peserta ujian ternyata tidak bisa berbuat curang. Misalnya mencari jawaban dengan menggunakan mesin pencari seperti Google. “Pelajar yang mengikuti ujian berbasis android ada sekitar 90 persen dari 482 peserta. Selebihnya menggunakan komputer,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru Abdul Jamal mengapresiasi sekolah yang telah menerapkan ujian berbasis android. Menurutnya, android sama seperti komputer karena hanya beda perangkat saja.
“Ini lebih bagus dibandingkan dengan penggunaaan kertas dalam ujian. Bahkan menghemat anggaran dan bisa digunakan yang lain,”imbuhnya.