YPR, 2018
Dies Natalis Yayasan Prayoga Riau tahun 2018 mengambil tema Sekolah Hebat vs Sekolah Istimewa. Yang dimaksud dengan Sekolah hebat adalah sekolah yang berorientasi pada peserta didik. Dalam sistem ini peserta didik dipandang sebagai subjek. Ternyata sistem sekolah hebat yang dikembangkan di Finlandia itu, dimodifikasi dari pendidikan berasaskan kekeluargaan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantoro.
Dalam sistem berasaskan kekeluargaan peserta didik pun harus diperlakukan sebagai subjek. Sementara pendidik dipandang sebagai orangtua. Konsekuensi dari Pendidikan Berasaskan Kekeluargaan adalah Pendidikan Berasaskan Bhineka Tunggal Ika. Konsekuensi ini berdasarkan satu pandangan bahwa no family is an island, tidak ada keluarga yang berdiri sendiri sebagai sebuah pulau. Keluarga terdiri dari beberapa anggota keluarga dan berada diantara keluarga-keluarga yang lain. Anggota-anggota dari sebuah keluarga biarpun sedarah tidak jarang memiliki kepribadian yang berbeda. Sementara itu, keberadaannya diantara keluarga-keluarga yang lain juga bukan berasal dari darah, suku, ras, budaya, dan agama yang sama. Sehingga dari segi jumlah anggota dan dari segi keberadaannya, keluarga terdiri dari berbagai macam pribadi, suku, ras, budaya, dan agama.
Indonesia dipandang sebagai rumah bangsa Indonesia. Rumah bangsa Indonesia ini terdiri dari 17.500 pulau dengan 1340 suku, 300 kelompok etnik, 746 bahasa dan 6 agama sehingga dalam rumah bangsa Indonesia ini pun sudah nampak kebhinekaan atau keberagamannya. Maka bila tidak bersatu Indonesia tidak akan berdiri kokoh dan kuat.
Pada waktu Ki Hajar Dewantoro mencetuskan ide tentang pendidikan Kebhineka Tunggal Ikaan situasi Indonesia masih dalam masa penjajahan Belanda. Perjuangan terhadap penjajahan Belanda masih dilakukan secara sporadis. Perjuangan yang dilakukan secara sporadis pada waktu itu sukar untuk mengalahkan Belanda apalagi Belanda memakai politik devide at impera.
Berdasarkan kenyataan ini, tokoh-tokoh bangsa berpikir bahwa perjuangan untuk mengalahkan Belanda tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Melainkan semua suku, bangsa, ras, dan agama harus bersatu. Gerakan untuk melawan penjajahan Belanda melalui gerakan persatuan nasionalisme sudah dimulai sejak tahun 1908 oleh Budi Utomo. Namun, semangat pesatuan belum terlalu kuat. Baru pada tahun 1928 kesadaran tersebut menjadi kuat dengan mencetuskan Sumpah Pemuda : berbangsa yang satu, bertanah air yang satu, dan berbahasa yang satu yaitu Indonesia.
Dengan semangat persatuan itulah semua bangsa Indonesia berjuang melawan penjajahan Belanda sampai merebut kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebagai satu negara yang berdaulat, Indonesia memiliki ideologi Pancasila yang tak boleh digantikan, UUD 1945 sebagai dasar konstitusi, dan lambang negara yaitu Burung Garuda. Semboyan Bhineka Tunggal Ika ditempatkan di bawah cengkraman kaki burung garuda. Artinya bahwa Bhineka Tunggal Ika adalah satu keharusan yang tidak dapat dikompromikan.
Adapun maksud Pendidikan berasaskan Kebhineka Tunggal Ikaan adalah : untuk menyadarkan bangsa Indonesia sejak dari kecil akan keberagamannya; pentingnya persatuan bagi pembangunan bangsa. Supaya orang Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, bangsa, budaya, ras, dan agama merasa sebagai satu bangsa tanpa adanya diskriminasi satu dengan yang lain.