Generasi Z: Generasi Yang Unggul

SMP Santa Maria Pekanbaru menyelenggarakan pertemuan dengan orangtua murid kelas 7 yang baru di awal tahun pembelajaran 2019/2020 di Aula Lantai 2 SMP Santa Maria pada hari Sabtu, 6 Juli 2019 dan dengan orangtua murid kelas 7 & 8 pada hari Jum’at 12 Juli 2019 dengan tema “Sekolahku Keluargaku”.

Sekolah Santa Maria sebagai sekolah swasta umum yang dikelola Yayasan Prayoga Riau merupakan satu-satunya sekolah Katolik di Pekanbaru yang ikut ambil bagian dalam mencerdaskan anak-anak bangsa di Kota Bertuah Pekanbaru khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Dalam pertemuan ini, Kepala SMP Santa Maria, Bapak Ferdinandus Nipa, S.Pd. menyampaikan adanya gap generasi (generation gap) antara anak dengan orangtua. Berdasar pada literatur, dalam mengidentifikasi gap generasi ini terdapat empat generasi, yakni generasi yang lahir pada periode 1946 hingga 1964 disebut generasi baby boomer, kemudian generasi yang lahir pada periode 1965 hingga 1980 disebut generasi X, lalu generasi yang lahir pada periode 1981 hingga 2000 disebut generasi Y, dan generasi yang lahir di atas tahun 2000 disebut generasi Z.

Dilihat dari antar generasi tersebut, maka ada gap yang sangat jauh antara anak dan orangtua, sehingga hal inilah yang sering memunculkan masalah dalam mendidik anak-anak, misal orangtua yang lahir pada periode generasi baby boomer dengan anak yang lahir pada periode generasi Z. Dalam beberapa kondisi, orangtua tersebut harus memahami generasi anaknya yang tentunya jauh berbeda.

Dalam identifikasinya, generasi Z memiliki ciri antara lain skeptis dab sinis, menjunjung tinggi privasi, dan memiliki ketergantungan terhadap teknologi, serta memiliki kemampuan multitasking yang hebat. Di sisi lain, generasi baby boomer memiliki ciri yang cenderung kolot, dan sangat matang dalam mengambil keputusan.

Di lingkungan SMP Santa Maria, anak-anak yang menjadi peserta didik adalah bagian dari generasi Z. Untuk bersiap menyongsong masa depan yang bijak, mereka dididik dan diajari untuk benar-benar siap berfungsi di masa yang akan datang, pada saat Indonesia memasuki ulang tahun kemerdekaan yang ke 100.

Sehingga pada tahun 2030 dan 2040, Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi yaitu jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan usia tidak produktif. Pada tahun tersebut diprediksi mencapai 64% dari total jumlah penduduk Indonesia. Maka, untuk menjawab tantangan dan prediksi ini, kebutuhan anak perlu benar-benar dipersiapkan melalui pendidikan yang benar. Maka, pendidikan yang dikembangkan adalah pendidikan yang bersifat holistik, yaitu pendidikan yang dapat menjangkau kebutuhan peserta didik.

Diamini oleh orangtua siswa, bahwa selain hal tersebut, pendidikan karakter juga menjadi yang utama bagi peserta didik. Sebagai penguatan, pendidikan karakter haruslah ada kerja sama yang baik antara pihak sekolah dan orangtua siswa.

Selain itu, dalam pertemuan tersebut sekolah menyampaikan program yang disusun dengan sangat kekinian sehingga sangat menarik perserta didik antara lain Smile, Spartan, Sajojo, Smayava, Splash, Station, dan Savanta.

Sekolah SMP Santa Maria menjadi pelopor penyelenggaran pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan dalam program yang dinamakan Smartphone-Based-Test (SBT). Program ini sudah diluncurkan pada pelaksanaan Ulangan Harian Keempat (UH IV) pada 16 April 2018 dan digunakan pada ujian semester genap tahun pembelajaran 2017/2018. Program ini mendapat apresiasi yang sangat bagus dari orangtua siswa sehingga ada upaya yang positif dalam menggunakan gawai seluler, atas dasar itulah program ini dilanjutkan hingga sekarang.

Lewat Kepala Sekolah, peraturan sekolah disosialisasikan juga kepada peserta didik yang terlebih dahulu diberitahukan kepada orangtua. Yang menjadi penekanan adalah bahwa pelanggaran dibagi menjadi dua, yakni pelanggaran umum dan khusus. Bagi siswa yang bermasalah dengan pelanggaran ini, sekolah akan memberikan pembinaan yang tegas kepada anak hingga akan dikembalikan kepada orangtua siswa.

Satu hal yang menjadi keresahan orangtua adalah apabila siswa terlambat lebih dari 4 kali, siswa tersebut tidak diperbolehkan mengikuti ujian dan tidak diperkenankan mengikuti remedial. Peraturan ini dibuat sebagai sarana pembentukan karakter anak, sehingga setiap pelanggaran pada aturan tentunya akan diproses dan diberikan pembinaan terlebih dahulu. Yang menjadi esensi pokok sebenarnya adalah pembinaan terhadap anak didik.

Lebih lanjut, untuk memenuhi kebutuhan percepatan informasi dari orangtua, sekolah mengembangkan sarana informasi melalui Facebook, Instagram, situs web, dan aplikasi yang diberi nama E-SISTA. Secara rinci, melalui E-SISTA orangtua bisaa memperoleh informasi harian dan pengumuman yang diperbarui setiap waktu, E-Nilai, E-Learning, E-Mading, dan Tata Tertib.

Pertemuan diakhiri dengan apresiasi dari orangtua siswa atas program-program sekolah dan akan terus meningkatkan kerja sama yang baik dengan sering bertemu dengan pihak sekolah sehingga bisa saling melengkapi.

Beberapa dokumentasi kegiatan ini: